Sejarah Letusan Gunung Papandayan: Bencana Yang Menambah Keeksotisan Alam Papandayan

Keindahan memang selalu mudah diingat namun, bagaimana jika dibalik keindahan tesebut terdapat potensi bencana. Apakah bisa selalu teringat ? atau kita malah terlena akan keindahan tersebut.

Jelajah Garut – Siapa yang belum kenal dengan Gunung Papandayan? Gunung yang kini menjadi tujuan favorit wisatawan yang berdatangan ke Garut ini ternyata menyimpan Sejarah Letusan Gunung Papandayan yang panjang. Letusan ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa, namun juga membuat gunung yang terkenal dengan Hutan Mati-nya ini menjadi lebih eksotis.

Gunung Papandayan termasuk gunung api tipe A yaitu gunung api yang pernah meletus setelah tahun 1600 serta be-status awas. Adapun erupsi yang pernah terjadi di gunung api Papandayan tercatat pada tahun 1772. Erupsi yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah Gunung Papandayan. Kegiatan yang terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi yang besar dimana sebagian dari puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km.

Kegiatan tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan erupsi dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir. Serentak seluruh sungai dipenuhi oleh material dari Gunung Papandayan dan masyarakat pun panik bahkan terjadi korban jiwa.

Berikut adalah infografis sejarah meletusnya Gunung Papandayan :

Tahun 1772 Pada malam hari tanggal 11 – 12 Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarkan telah menewaskan sekitar 2951 orang dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan.

 

Tahun 1882

 

Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal dari gunung Papandayan
Tahun 1923 Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu – batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsi dalam kawah Baru dan letusan ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan.

 

Tahun 1924 Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari 3640 derajat Celscius menjadi 5000 derajat Celsius. Kemudian terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan.

 

Tahun 1925 Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang disusul semburan gas kuat dengan hujan lumpur.

 

Tahun 1926 Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak 300 meter ke arah timur laut dan ke arah barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang.

 

Tahun 1927 Pada tanggal 16 – 18 Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta bualan lumpur air panas.
Tahun 1942 Pada tanggal 15 – 16 Agustus lahir lubang erupsi baru.
Tahun 1993 Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru.
Tahun 1998 Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter
Tahun 2002 Sejarah Letusan Gunung Papandayan Terbaru yaitu dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunung api Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunung api Papandayan mulai 13 – 20 November.

Aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk sejauh 7 km. Kejadian tersebut merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya. Akibat letusan ini terbentuk pula Hutan Mati.

 

 

Menjadi Tempat Wisata Favorit Zaman Now

Sejarah Letusan Gunung Papandayan Menara Pandang Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut Jawa Barat (Dokumentasi Jelajah Garut)

Sejarah Letusan Gunung Papandayan Menara Pandang Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Garut Jawa Barat (Dokumentasi Jelajah Garut)

Siapa sangka efek film 5 cm terasa di seluruh penjuru Nusantara. Seluruh anak muda Zaman Now mulai memanggul ransel-ransel berat nan lengkpa isinya. Bahkan dulu untuk membawa ransel lengkap beserta isinya harus melalui serangkaian fisik dan pengetauan yang mumpuni. Kini dengan mudahnya mereka menggunakan itu sebagai pelengkap perjalanan.

Taman Wisata Alam Gunung Papandayan pun tidak luput dari fenomena “after effect of 5 cm movie”. Berbondong-bondong para pendaki pemula yang dengan berbagai cara mendatangi Gunung Papandayan untuk mencari pengalaman baru. Tingkat kesulitan yang cukup tidak terlalu tinggi bagi pendaki pemula tidak menyurutkan niat para pendaki. Sebagai gunung yang ‘ramah dengkul’ bagi pendaki tentunya menjadi tempat wisata favorit zaman now.

Paket Wisata Garut Sunrise Gunung Papandayan Satu Hari

Kini, pengelolaan sebagian kawasan dikelola oleh pihak PT. Asri Indah Lestari. Terdapat penyesuaian harga tiket masuk ke Gunung Papandayan sehingga berdampak kepada menurunnya jumlah kunjungan wisata ke Taman Wisata Alam Gunung Papandayan. Walupun terkait sejarah letusan Gunung Papandayan, kawasan Gunung Papandayan tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi pengagum nya.

Tentunya kita harus sadar dan berjaga-jaga atas situasi yang mungkin saja bisa terjadi seperti anomali cuaca maupun kondisi alam yang tidak bisa diprediksi secara tepat dan pasti. Walaupun kini dianggap hanya sisa-sisa kegagahan zaman purba, Gunung Papandayan tetap memiliki ceritanya sendiri. Tentang letusan yang membentuk ceruk menakjubkan seperti adanya sekarang.

Elegi erupsi yang berganti keindahan, berpadu dengan kecantikan alami dalam wujud hamparan Taman Bungsa Edelweiss di Gunung Papandayan. Sejarah Letusan Gunung Papandayan tidak hanya menyajikan fenomena alam, tetapi juga membentuk perpaduan pesona alami membentuk harmoni.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may use these HTML tags and attributes:

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

Pin It on Pinterest

Shares
Share This