Indonesia punya banyak sekali destinasi wisata kelas dunia yang patut kita banggakan. Namun apakah Indonesia sudah menjadi destinasi favorit bagi para wisatawan mancanegara ketika berkunjung ke Asia Tenggara? Dari angka kunjungan wisatawan mancanegara, ternyata Indonesia masih ketinggalan lho. Nah, negara mana ya yang lebih jago dari Indonesia di bidang pariwisata? Ini dia Negara Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
Seperti dilansir Oblongnesia, beberapa waktu kebelakang, organisasi PBB untuk Pariwisata Dunia, UNWTO, baru saja merilis laporan perkembangan industri pariwisata dunia untuk tahun 2018. Dalam laporan ini ada banyak informasi penting yang mesti dicermati para penggiat pariwisata, diantaranya tentang perkembangan industri pariwisata dan kunjungan wisatawan internasional. Laporan ini memuat perbandingan 10 negara yang paling banyak dikunjungi turis mancanegara di dunia.
Tidak hanya itu, laporan ini juga memuat data kunjungan wisata dari negara-negara dunia, termasuk negara-negara ASEAN. Artikel ini akan mengulas peringkat Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.
Total turis asing yang mengunjungi Asia Tenggara di tahun 2018 mencapai 128 juta orang; naik sebesar 6,8% dari tahun sebelumnya. Angka ini mencapai 37% dari total kunjungan wisman ke benua Asia. Persentase yang cukup tinggi ini membuat Asia Tenggara menjadi peringkat kedua kawasan yang paling banyak dikunjungi wisatawan asing, setelah kawasan Asia Utara, yang dikuasai negara-negara besar seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.
Thailand, Perkembangan Industri Pariwisata yang Fantastis
Dari kunjungan wisatawan asing ini, negara-negara ASEAN meraup penerimaan yang cukup besar, yaitu sebesar 142 Milyar US dollar, atau setara dengan 2.000 trilyun rupiah. Hanya saja, penerimaan yang besar ini hanya dikuasai segelintir negara saja yang memang telah memiliki sektor pariwisata kelas dunia.
Katakan saja, Thailand, yang merupakan negara paling banyak dikunjungi wisman di Asia Tenggara, meraup penerimaan sebesar 63 Milyar US dollar; lebih dari sepertiga penerimaan total negara-negara ASEAN dari sektor ini. Angka ini bahkan membuat Thailand menduduki peringkat keempat negara dengan pendapatan terbesar dari pariwisata internasional, hanya kalah oleh Amerika, Spanyol, dan Prancis. Thailand bahkan mengalahkan negara-negara besar tujuan wisata lain seperti China, Jerman, dan Jepang.
Capaian ini terbilang fantastis karena satu dekade yang lalu negara ini hanya dikunjungi oleh sekitar 15 juta wisman saja, kalah dari Malaysia yang pada tahun tersebut berhasil dikunjungi lebih dari 24 juta turis asing. Itu berarti hanya dalam kurun waktu 10 tahun saja Thailand mampu meningkatkan kunjungan wisatawan asingnya menjadi lebih dari dua kali lipatnya.
Yang lebih fantastis lagi, Thailand juga berhasil mengkonversi kunjungan wisatawan asing ini menjadi penerimaan secara efektif dan efisien. Jika kunjungan wisatawan meningkat dua kali lipat selama satu dekade, penerimaan Thailand dari turis asing meningkat hingga tiga kali lipatnya; dari yang tadinya 20 Milyar US dollar di tahun 2010, menjadi 63 Milyar US dollar di tahun 2019. Luar Biasa!
Indonesia bagaimana ya?
Indonesia, Berkembang namun Tidak Pesat
Sebenarnya dari tahun ke tahun, kunjungan wisman ke Indonesia juga cenderung meningkat. Hanya saja perkembangannya terbilang tidak terlalu pesat. Tahun 2018 saja Indonesia hanya berhasil meningkatkan kunjungan wisman sekitar 3,5% saja dari tahun sebelumnya. Bandingkan dengan Thailand yang berhasil meningkatkan kunjungan wismannya sebesar 7,9%.
Negara-negara lain pun mulai melesat perkembangannya, seperti Vietnam yang berhasil meningkatkan kunjungan wismannya sebesar 19,9%. Dengan perkembangan pesat ini, Vietnam bahkan sukses menyalip Indonesia dari segi jumlah kunjungan turis asingnya, dengan capaian sebanyak 15 juta wisatawan. Sementara Indonesia hanya mampu menarik sebanyak 13 juta wisatawan saja.
Hal ini tentu harus menjadi pelecut semangat bagi para pegiat pariwisata di Indonesia, mengingat Indonesia dengan keunggulan geografisnya seharusnya mampu menyediakan lebih banyak pilihan destinasi. Lebih dari itu, keunggulan antropologis dan budaya juga mestinya mampu menarik lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia.
Memang Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah di sektor pariwisata. Kemampuan pemerintah untuk menyediakan infrastruktur pariwisata di berbagai kawasan potensial masih belum maksimal, sementara daya tampung Bali sebagai destinasi utama sepertinya sudah mencapai titik puncaknya. Belum lagi isu-isu lain seperti stabilitas politik dan keamanan yang seringkali menjadi faktor pertimbangan utama bagi wisatawan asing. Terlebih juga banyak masyarakat kita yang belum sadar wisata dan belum mampu menyediakan atmosfer yang baik bagi wisatawan.
Destinasi utama seperti Bali memang harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitas sektor pariwisata-nya, namun sangat penting juga untuk mendorong wilayah-wilayah lain yang potensial agar juga bergerak menjadi destinasi unggulan lain. Termasuk salah satunya Kabupaten Garut yang memiliki banyak destinasi wisata yang unik, keunggulan geografis yang esensial, serta telah memiliki banyak penyedia akomodasi berkelas, seperti Hotel Santika, Cahaya Villa, dan Kampung Sumber Alam di daerah Cipanas, atau Hotel Green Kamojang dan Kampung Sampireun di daerah Kamojang.
Tapi siap ngga ya warga Garut untuk menerima banyak wisatawan asing ke Garut? Hmm, patut untuk diteliti.
Peringkat 11 Negara Asia Tenggara (ASEAN) yang Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan Mancanegara
1. Thailand
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 38,2 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 11%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 63 Miliar
2. Malaysia
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 25,8 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 7,4%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 19,1 Miliar
3. Vietnam
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 15,49 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 4,5%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 10 Miliar
4. Singapura
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 14,6 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 4,2%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 20 Miliar
5. Indonesia
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 13,39 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 3,9%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 14,1 Miliar
6. Filipina
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 7 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 2,1%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 7,4 Miliar
7. Kamboja
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 6,2 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 1,8%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 4,3 Miliar
8. Laos
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 3,7 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 1,1%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 734 Juta
9. Myanmar
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 3,5 juta wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 1%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : tak tercatat
10. Brunei
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 278 ribu wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 0,1%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : USD 190 Juta
11. Timor Leste
Kunjungan Wisatawan Mancanegara : 75 ribu wisatawan
Persentase dari Jumlah Total Kunjungan Wisman di Benua Asia : 0,0005%
Pendapatan dari Wisatawan Mancanegara : tak tercatat
Nah, ternyata dari segi kunjungan wisatawan asing, Indonesia baru mencapai peringkat ke-5 ASEAN travelmate; bahkan kalah sama negara sekecil Singapura. Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, kita memang masih punya banyak pekerjaan rumah. Jika Indonesia mampu terus meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing, sektor pariwisata tentu akan jadi industri yang menarik untuk banyak orang. Ditambah dengan edukasi dan sosialisasi Responsible Tourism serta Responsible Traveler, maka kita bisa membuat industri ramah lingkungan yang dapat menjadi sumber pendapatan warga sekitar destinasi.
Baca Juga: 5 Tips Menjadi Responsible Traveller
Kabupaten Garut untuk Destinasi Wisata yang Baru
Garut sebenarnya dapat dikonversi menjadi destinasi wisata baru untuk turis mancanegara. Jelajah Garut sendiri sebagai tour organizer telah beberapa kali kedatangan tamu mancanegara, baik dari negara tetangga, hingga dari jauh, seperti negara-negara Eropa. Kebanyakan dari mereka memberikan respon positif terhadap destinasi yang dikunjungi di Garut (biasanya kita bawa ke Gunung Papandayan) dan akomodasi hotel yang prima. Beberapa malah lebih memilih untuk menginap di penginapan yang lebih murah.
Walaupun demikian, kunjungan wisatawan asing tersebut masih merupakan sesuatu yang jarang ditemui. Kurangnya pemasaran destinasi ke target wisatawan asing adalah salah satu faktor utamanya. Selain itu, jarak yang terlalu jauh dari bandara, serta transportasi umum yang tidak terlalu reliabel juga menjadi salah satu penyebabnya. Kesadaran masyarakat akan pariwisata juga masih rendah, sehingga masyarakat belum bisa menciptakan atmosfer yang dapat mengundang wisatawan.
Kedepannya, dengan diaktifkan-kembalinya moda transportasi kereta api, dapat membuat pariwisata Garut kembali menggeliat. Berbenahnya berbagai destinasi dan akomodasi juga menjadi sinyal baik perkembangan industri pariwisata di Garut. Namun itu tentu belum cukup untuk mengundang banyak wisatawan asing ke Garut. Diperlukan pemasaran strategis yang lebih menyasar wisatawan asing serta suasana wisata yang nyaman dan aman dari lingkungan masyarakat sekitar.
Jika banyak kota-kota potensial seperti Garut yang berhasil dikembangkan menjadi destinasi wisata kelas dunia, bukan tidak mungkin Indonesia akan mampu merajai sektor pariwisata ASEAN, sehingga kedepannya menjadi negara Asia Tenggara (ASEAN) yang paling banyak dikunjungi wisatawan mancanegara
Sumber:
Oblongnesia
UNWTO